welcome to my world

ini adalah blog gue yang ala kadarnya....

Minggu, 06 Maret 2011








Ini adalah beberapa kegiatan sore di kampung beberapa waktu lalu...

Kamis, 24 Februari 2011

Berbagi Cerita


Liburan semester ini....

Menganang muda dikala senja, mereka adalah anak2 yang masih penuh dengan canda tawa, penuh harapan di masa depan, mereka inspirasi setiap orang tua, mereaka adalah MASA DEPAN....

kita sempat seperti mereka....Dulu

Sabtu, 12 Februari 2011

My Fict Story

Alur waktu yang telah berjalan memang tak seorangpun bisa memutarnya. Dia akan terus berjalan, melindas semua hal yang di depannya dan meninggalkan di belakang menjadi satu kata yaitu kenangan. Waktu akan terus melaju dengan alur yang seenaknya. Tanpa pernah mau berhenti meski sekedar untuk menunggu sesuatu yang sedang di perbaiki.

Waktu jugalah yang menuntun kita jauh berjalan sendiri-sendiri. Kita memang telah banyak berubah, dan waktu juga yang telah membuktikan semua perubahan kita. Kini...aku menyadari semua itu, tepatnya baru menyadari. Dan mungkin kamu, telah lebih dulu jauh menyadarinya ketika kita memilih jalan yang berbeda beberapa tahun lalau.

" teruntuk kamu... kini aku sedang mengulangi perjalanan kita..."
Ucapku dalam hati, sekencang-kencangnya ku ucapkan kalimat itu dalam hati. Berharap angin berkenan membawanya dan membisikannya di hatimu.

Kini aku berada di suatu tempat, dimana kita memuali semuanya dulu. Di sebuah sudut kampus yang tampak tak sedikitpun berubah, tak seperti kita yang banyak berubah. Untuk memantapkan kisah kita beberapa tahun dulu, aku putar lagu OK-nya duo T2 di pemutar mp3 ku. Berkali-kali lagu itu aku putar hanya demi mengenang kita. Tapi berkali-kali jug hati kecil ini memaki diriku sendiri dan mengatainya ; aku bodoh!
Aku berpikir lagi. Dalam diriku dan hatiku yang paling dalam.

" jika memang aku bodoh, apa yang seharusntya akunlakukan agar aku tak merasa bodoh atas apa yang aku lakukan?"

Aku kembali beranjak dari pikiranku di negeri antah berantah itu, ketika lagu Ok berakhir bersenandung di telingaku. Aku menyadari semuanya, aku...sekarang dalam posisi duduk sila di koridor kampus dengan punggung bersandar dan mata rapat terpejam.

Dan ketika aku membuka kembali sepasang mataku yang lelah, dia menyambutnya seperti menungguku terbangun dari mimpi panjang. Dia tersenyum, senyum yang sama seperti beberapa tahun lalu kita pertama bertemu. Segera kumatikan lagu berjudul Ok yang tak bosan-bosanya aku dengarkan, sehingga dunia penuh dengan berisik Kampus . tetapi susah payah aku fokuskan telingaku untuk mendengarya.

"hey...lagi enapa?"
"ngga kenapa-napa..."
"oh...kirain sakit..."
" nggak kok, lagi nunggu dosen..."
"oya lo liat Juna gak? "
" nggak...belum lewat kali..."
" oh...ya udah, gw ke kelas dulu yak..."
" oh..iya..."

Itulah kenapa hati kecla ini sering mengejekku mentah- mentah. Aku selalu saja tapak tegar dihadapannya. Seorang Nadia yang dulu pernah jadi sahabatku. Meski sesungguhnya, jauh dalam hati ini, aku manyimpan setumpuk tanya dan segudang luka yang tak pernah aku ungkapkan pada sapapun. Mungkin benar apa yang dikatakan hatiku kalau 'aku ini bodoh!'.

***

Tugas kuliah membawaku pada satu keluhan yang sangat berat. Tapi karena mata kuliah itu jugalah yang mempertemukan ku pada mereka, dua sahabat terbaikku saat ini. Juga yang menyatukkan 'kita' dalam satu kelas yang sama.
Tak ada pembahasan panjang lebar mengenai apa yang sebenarnya terjadi antara kita. semuanya berjalan eperti biasa dan ala kadarnya. Aku sendiri lebih memfokuskan sisa konsentrasiku pada mata kuliah hari ini. Dan di dalam hati inipun berkata demikian, dia juga gak bakal memperhatikan aku yang susuah payah berusaha untuk tak mengingatnya.

***

Hujan telah mengguyur Ibu kota sejak pertengahan hari tadi, membuat suasana disekitarku menjadi lembab dan basah. Sesekali sisa genangan ku temukan berkilau seperti cermin dari kejauhan. Aku sendiri berjalan di antara air yang tampak berkilau itu.

Memastikan diriku, agar segera sampai di pelataran gedung peruliahaan. Jaket telah rapih aku kenakaan sejak dari kost, sementara headset masih ku sumbatkan di lubang telingaku.

Hari ini, Rabu, 13 Januari 2010. Jam di tanganku sudah menunjuk pukul 15.30 sore. Dosen mata kuliahku telah stand by di lantai empat sana.Ponsel di sakuku juga telah bergetar dari tadi beberapa pesan dari temanku memberitahuku bahwa dosen sudah datang pun telah ku terima dan ku baca berkali-kali.

Akukembali bertemu Nadia di suatu sudut kampus yang teramat penat ketika hujan. Kita sedikit saling menyapa meski suara sedikit tersamar derasnya hujan dan butuh banyak tenaga untuk menyempurnakannya. Sekali lagi aku terlihat tegar meski banyak yang tak terucap olehku.

" Gia...baru nyampe?" sapanya.
" iya..ada kuliah sore..." jawabku.
" oh..." responnya lagi.
" tapi kayaknya udah telat deh.."

Aku sedikit memperhatikan Nadia, rona wajahnya tampak gelisah.

"kenapa nad?"
"eh...ga apa-apa.."

Jawab seorang Nadia konek, kemudian melanjutkan percakapan dengan nada datar.

"duduk situ yuk..."

Ajak Nadia menunjuk salah satu suduk kampus. Aku mengikuti arah tunjukan tangannya, lalau kembali menatap nadia kemudian sedikit tersenyum. Sudut kampus itu adalah tempatku merenung tempo hari, tempat dimana dulu, beberapa tahun lalu, aku mengenal Nadia.

"berapa lama yah...kita ngga ngobrol berdua kaya gini..."

Ucapnya menengok ke arahku. Sebenarnya disini, di dalam hati ini banyak yang ingin aku seritakan padanya. Hanya saja aku masih berpikir aku akan menjadi naif jika Nadia harus tau apa yang aku rasakan.

" menurut lo??"
Timpalku menanyakan balik. Aku memasang Headset ke sepasang telingaku, tanpa berniat untuk memutar satu lagupun. Angin mulai lancang masuk ke rongga loby kampus, dan kami mulai merasa dingin.

" heeh...berapa yah??"
"kok lupa...?"
"kamu sendiri...?"
" lama...cuma itu yang gue tau, detailnya...gue gak pernah menghitungnya..."

Jawabku sedikit menggertak lembut. Nadia sedikit melihatku dan membagi pandangannya pada sosok Juna yang datang dari kejauhan.

" Gi...udah dulu yak... Juna udah dateng tuh, hari ini kita mu pergi bareng.."
" oh..iya, take care yah.."

***

Hujan yang turun sejak kemarin membuat kondisi tubuhku Drop. Di awali dengan pendarahan di hidung, kemudian bersambung dengan lemas dan demam. Hal ini membuat aku memutuskan untuk bolos kuliah. Sebenernya ini bukan alasan utama, hanya saja aku mendapat feeling bakal terjadi sesuatu padaku.

" sorry yah, gue bolos dulu hari ini..."
" yah...! lo gimana sih..."

Saut sahabatku manggerutu via sambungan telephone. Sementara disini, di petak kamar kost yang sudah tampak sepi,aku meletakkan tubuhku di sepotong kasur lantai yang sudah tipis.

" ya udah...tapi ntar kita ke kost lo yah..?"
" ya udah mampir aja..."
Kembali, aku posisiskan diriku sebagai cewe naif yang tak mampu berdiri sendiri, yang rapuh dan mudah jatuh, dan yang lemah serta mudah patah. Sekuat tenaga aku menghirup oksigen di kamar kost ku yang cuma sepetak. Aku menghirup sepuasnya, sepanjang-panjangnya hingga mengumpat dan dadaku menjadi sakit. Kemudian selang beberapa jam, mereka datang dengan segenap kegaduhannya. Kamar kost menjadi sumber berisisk di sana sini.

"hehe...nyampe juga kalian..."

Ucapku menyambut kedatangan dua temanku itu. Mereka adalah temanku saat ini, sekarang tepatnya. Dia adalah Keyra dan Maya dua kambing nyasar yang menemukanku tengah kesakitan.

" ah parah lo Gi...ujan dua hari aja tepar..."
" hehe...sory2, oya gimana tadi...ada tugas?"
"ah...lo kaya gak tahu pak Hans aja deh, nih ultimatum buat lo...deadline minggu depan, tapi gw kasih waktu lo buat ngerjain sampai sabtu ini aja...selebihnya serahin ke gue, gue mau nyalin..."
"issh....!"

Begitulah kita, tak ada waktu yang terlewat untuk bercanda, meski aku sendiri merasa kurang dan gak baik untuk mererka. Dua temanku ini kembai menyibukan diri dengan mempersiapkan bahan kuliah selanjutnya, sementara aku...aku memanfaatkan waktu untuk istirahat, kemudian kamar kembali hening.

"eh iya looh lo beneran demam..."

Ucap keyra kembali meledek, seraya menempelkan telapak tangannya di dahiku. Aku terbelalak serasa ingin menelannya hidup-hidup.

" lo pikir??"
" hehe...lo cuma kumat aja malesnya..."
" hehe itu faktor pendukung key..."
" ah...blangsak nih anak..."

Ujar Keyra melempar bantal kearahku. Manda tampak tersenyum dan kembali melanjutkan chatingnya. Aku kembali menatap tembok dan langit2 kamar kost.

Hening.
***
Pagi ini aku kekmbali membuka mata dengan segenap rencana yang akan aku jalani. Seperti biasa, dinding dan langit2 kamar manyambutku bisu. Aku memutuskan untuk menikmati secangkir kopi untuk mrnghilangkan sakit kepala hebat yang dari kemarin menghampiriku.

Sembari sedikit mengingat dan memepersiapkan materi kuliah hari ini. Aku belum berniat mengerjakan tugas dari Mr Han. Buku Manda pun masih tergeletak meminta perhatian di atas selembar kasur tipis itu.

Setelah mandi dan memantapkan kondisiku lebih baik dari kemarin, aku kembali menyumpal telingaku dengan headset dan mendoktrinya dengan lagu di pemutar MP3 ku keras2, kali ini aku memutar lagunya Green Day 'wake me up when september rain' dan tak ada alasan tepat kenapa aku memutar lagu itu.

Tas telah ku kenakan dan jam di tangan sudah menunjuk pukul 11.15, segera ku mantapkan niatku untuk mencari ilmu . Aku baru saja akan mengunci kamar kostku ketika sosok nadia datang.

"Gi...?"
" Eh lo nad...tumben lo kesini, ada apa nih??"

Ujarku penasaran seraya mengurungkan niat mengunci kamar kost. Nadia Anandita tersenyum kemudian sedikit memeluk dan mencium kedua pipi kanan dan kiri.

" Katanya lo sakit Gi...?"
" Ah..kata siapa,??"
"Key bilang ke gue kemarin..."
" oh...itu, iya kemrin gue cuma demam. Tapo sekarang gue OK kok.."
" oh...syukurlah...gue legah sekarang.."
"mau masuk??"

Tawarku di pertengahan percakapan, menyadari bahwa kita cuma bertengger di depan pintu kamar kost. Nadia kembali tersenyum lalu menggeleng.

" Gak usah Gi, jalan ke kampus aja yuk..." ajaknya
" oh...ayo.." aku mengiyakan

Lalu kami berjalan menelusuri lorong2 gang, melewati beberapa tikungan dan keluarlah kami di sebuah jalan raya yang masih tersumbat macet, Kampus ada di seberang jalan. Dan perjalanan ini, seperti mengulang kejadian yang sering kita lakukan beberapa tahun lalau.

"oya...Juna apa kabar nad??"

Tanyaku memecah kebisingan jalan, kulihat sosok Nadia menyibakkan poninya. Matanya tampak nanar menyeringai, tak beda seperti apa yang terjadi dengan mataku. Hari itu teramat panas.
" hemm dia baik-baik aja kok Gie,...kenapa?"
" ya nggak kenapa-kenapa..."
"oh....tumben loh nanyain Juna, kangen yah?"
" ah...lo apaan si..."
" nggak apa-apa lagi Gi, lo kangen sama mantan..."

Sontak aku terbelalak gak percaya Nadia bakal ngomong seperti itu. Bukan itu maksuku yang sebenarnya. Nadia menengok ke arahku lalu menuntun tanganku. Menyebrang jalan.

" Hey...bengong lo.."
" haah...ngga kok, kaget aja gue lo ngomong gitu..."
"duduk situ aja yuk Gie...gue pengen crita sama lo..."

Ajaknya menunjuk sebuah sudut kampus. Aku tersenyum, mungkin sedikit pucat lalau menganggguk mengiyakan ajakan seorang Nadia. Sebotol air mineral menemani kami melawan terik Jakarta siang itu.

Sudut kampus itu menjadi tempat kami melepas lelah, untuk sejenak istirahat. Hampir 20 menit kita menghabiskan waktu tanpa kata. Tidak ada yang mau memulai percakapan siang itu. Sebenarnya aku tak ingin salah satu di antara kita memulai percakapan tentang sesuatu yang akan membuat keadaan kita menjadi sulit. Yang aku inginkan saat ini adalah duduk diam menunggu sakit kepalaku reda.

" Gi...gue kangen deh sama lo..."
"masa..."
"he emh...beneran kangen banget sama lo..."

Ucapnya meyakinkan, sebenarnya tanpa dia meyakinkan aku sendiri yakin akan hal itu. Karena di hati ini pun tak jauh beda dengan apa yang dia ucapkan. Aku seikit menatap nadia, lalu aku melepasnya lagi.

"Tapi...kita banyak berubah Gi,..."
" ko lo mgomomg gitu.."
" Hem...gue juga gatau Gi..kadang gue suka mikir, kenapa kita bisa jadi seperti ini, gue sadar...mungkin itu karena gue dan juna yang ngehianatin lo..tapi yang gue minta bukan gini jadinya, lo tiba2 pergi gitu aja dan ini sangat gak adil buat gue..."

Ucap Nadia mulai serius, aku menahan rasa pusingku yang semakin menjadi. Di bumbui kata-kata Nadia yag dia ucapkan membuat tubuh ini hampir hilang kendali.

"lo beneran pengen mgomongin hal ini??"
" Gue sebenernya bosen Gi kita kaya gini, jujur...gue iri Gi lo akrab sama Key dan Manda. Lo kaya orang lain sejak saat itu buat gue..."

Hening

"Gi...bisa nggak, sekarang kita bicara sebagai sesama wanita yang sama2 sayang sama Juna..."
Tuntutnya mendengung membisingi gendang telingaku. Aku meraih air mineral di sebelahku, lalu lekas ku tenggak sebanyak-banyaknya sampai mengumpat dan membuatku terbatuk.

Aku mencoba tersenyum.
"hehe...lo mau gue jawab yang mana dulu nih Nad?? oya sebelumnya...bisa nggak kita ngomong sebagai sahabat aja, bukan apa-apa Nad, cuma biar gue nggak egois aja..."

Tawarku pada Nadia, aku menatapnya penuh arti tapi Nadia tak menatapku seperti itu. Sehingga aku putuskan untuk menunduk.

"heeeeeh lo masih inget tempat ini nggak? dulu di tempat ini kita pertama kali bertemu, kita bersapa, dan menjadi karib...kemudian datang Arjuna. Mungkin dia salah satu dari sebab kenapa kita jadi seperti ini sekarang..."

Aku membuang pandanganku pada kejauhan tempat. Disana di ekat fatamorgan yang kian menjadi seperti riakkan air sungai yang deras. Nanar...

" Setelah gue ngomongin ini, gue harap lo bakal tau apa yang sebenarnya terjadi, dan sebenarnya ada i sini.." ucapku menyentuh dada. Sakit...

kembali ku pandangi Nadia yang dari tadi diam.
" Dulu kita seperti anak itik yang sama-sama tersesat di tengah hutan. Sampai suatu pagi...tuhan mempertemukan kita di satu titik itulah kita, Lalu...kita menjadi akrab, berjuang bersama menemukan jalan keluar dari hutan itu. Suatu pagi...salah satu dari itik itu bertemu dengan berjuta itik yang lain, dan mengajaknya untuk bersama mencari jalan keluar dari hutan. Si itik pun tertarik dan bergabung dengan mereka. Si itik menemukan banyak kebahagiaan dan teman barunya, bahkan dia berhasil menguasai hutan itu. Tapi dia lupkana satu hal....dia lupakan itik yang satunya, yang biasa ada di gandengan tangan tangannya, dia lepaskan, dia tinggalkan..."

Aku menghentikan pembicaraanku dan bertanya padanya
" lo tau apa yang terjadi pada itik yang malang itu?? tanyaku menatapnya.

Nadia masih tetap diam, lalu aku kembali membiaskan senyum dan menjatuhkan tatapanku ke lantai.
" itik itu hilang dan kembali tersesat di hutan itu...bahkan sampai sekarang, dia belum bisa menemukan jalan keluar dari hutan itu..."

Tuturku bak mendongeng. Aku kembali berusaha menatap Nadia penuh arti, Dia tampak berkaca, tak jauh beda denganku. Meski tak merespon aku yakin dia merasakannya.

"heeeeh" aku menghela nafas panjang hingga mengumpat dan menambah sakit dadaku.
" lo tau....Juna bukan sebab kenapa kita jadi begini, aku kecewa waktu itu Nad, waktu gue tau lo jalan di belakang gue sama Juna, tapi itu cuma waktu itu aja....tapi tempo hari, saat gue baru menyadari lo udah gak ada bareng gue disini, saat gue sadar lo lepasin gandengan tangan lo, Gue jadi sakit Nad..."

Keluhku sekuat tenaga, aku sama sekali tak menginginkan ini yang terakhir buat kita. Aku juga tak berharap Nadia bakal mengambil satu keptutsan. Aku membiarkanya dia dalam lamunannya, sementatra aku sudah tak ingat lagi apa yang baru saja aku ucapkan.

Sebenarnya, bukan tak ingat, hanya saja terlalu lelah mengumbar kata-kata tadi. Aku merasa sangat lelah, lalu ku sandarkan tubuhku pada kokohnya dinding loby, jam menunjukan pukul 13.15. Aku sedikit memajamkan mata, dan Nadia...pergi meninggalkanku sampai sekarang.

Sekian

" tahukah kamu, aku meminta mereka menegakkan kakiku yang rapuh, aku meminta mereka menuntun langkahku yang gontai, aku meminta meraka menopang tubuhkau yang mudah jatuh....selama ini seperti itu, TAPI KAMU TAK PERNAH TAU "


Hey,,,thanks yang udah mo baca, sekali lagi ini hanya fiktif,,,meski ada sedikiiiit yang guw ambil dari satu kisah dalam hidup gue, jadi kesimpulanya semi fiktif lah. Semoga menghiubur dan bermanfaat. Salam Temans